Saya ingin sedikit berbagi pengalaman selama bekerja di Korea
dalam hubungannya saya adalah sebagai seorang muslim yang terikat dengan segala
kewajibannya selama nafas dikandung badang di manapun berada. Sayang sekali
bekerja di negara non muslim salah satu efek negatifnya adalah lingkungan dan
peraturan kerja yang tidak akomodatif terhadap kebutuhan beribadah pekerjanya (
baca: TKI ). Tapi kita selaku manusia tentu wajib berusaha dan mencari solusi
dari setiap permasalahan.
Memang ketika awal2 akan bekerja di korea para calon TKI seperti
sudah dicuci otaknya/brain washed dengan kata-kata : “ kalian ke Korea mau
kerja apa mau sholat?” bahkan selalu dicekoki dengan pemikiran bahwa pekerja
yang baik adalah yang selalu teriak ” Yeolshimi ilhagesseumnida!” ( saya siap
bekerja keras). Sehingga sholat boleh ditinggalkan demi bekerja. Para TKI selalu
dikondisikan agar selalu merasa imperior, tidak macam-macam dengan orang korea,
yang penting kerja, bayaran, selesai. Ga usah nuntut macam-macam, apalagi untuk
urusan ibadah, lha wong korea memang negara sekuler, urusan ibadah itu dianggap
ga penting-penting amat, cukup di rumah jangan dibawa-bawa ke tempat kerja. Terus
apakah kita akan selalu manut dan manggut? Jawabannya mnurut saya tergantung
kita, kalau mau ekstrim ya sudah..kalau mau ibadah enak jangan jadi TKI ke Korea
tapi ke Arab Saudi saja, tapi bisa kita ambil jalan tengah juga.
Gimana dhoong solusinya? Ya diakali.. kan orang Indonesia pada
pinter dalam urusan akal mengakali.
Misalnya jam istirahat makan siang kita manfaatkan untuk
mengadakan jum’atan. Cukup 10 menit koq, nanti sya coba jelaskan lebih jauh.
Kalau solusi pertama tidak bisa dilakukan, misalnya pabrik
melarang praktek ibadah selama kerja maka saatnya terapkan taktik kedua. Ini membutuhkan
kekompakan diantara semua pekerja muslim yang ada di pabrik tersebut. Caranya dengan
mengutus perwakilan paling senior pekerja muslim dan yang paling pintar bahasa
koreanya untuk melobi manajemen pabrik agar meperbolehkan pekerja muslim
beribadah. Kalau mereka tidak setuju, ancam saja bahwa semua orang Indonesia/
yang muslim akan keluar. Pasti mereka akan kalang kabut, mengingat menurut data
terakhir pekerja asal indonesia adalah yang paling disukai oleh bos-bos korea
karena kerjanya bagus, ulet, sopan dan ngguanteng2..artinya line produksi akan sangat
terganggu jika ada pekerja yang sign out dalam jumlah besar. Ini sebenarnya bisa
jadi senjata untuk memperkuat posisi tawar/bargaining position pekerja muslim. Tinggal
berani atau tidak, mau atau tidak untuk melakukan tuntutan.
Jika ini gagal juga.. nah mungkin ini langkah terakhir yang
mungkin bisa dilakukan. Harus ada orang atau kelompok yang memulai/menginisiasi
pertemuan-pertemuan dengan berbagai lembaga utnuk mengajukan tuntutan ke
pemerintah korea selatan khususnya depnaker Korea agar merumuskan aturan
mengenai hak beribadah TKI. Sekali lagi pekerja asal Indonesia adalah yang
terbesar di Korea, masa tidak punya kuku dan taji barang sedikitpun untuk
melobi? Kan kita punya KBRI, bisa lewat Depnaker Indonesia, kita punya IKMI
Korea, dan banyak lembaga lainnya yang potensial untuk melobi pemerintah Korea.
Jika perlu buat surat terbuka ke mentri agama minta supaya berkunjung ke korea.
Jangan lupa kekuatan media, kita bisa gunakan Facebook, twitter dan sosmed
lainnya untuk menggalang suara, misalnya dengan membuat petisi 100.000
mendukung jumatan di korea, dll.
Salah satu kewajiban sorang
muslim tentu saja adalah sholat, sholat adalh wajib hukumnya baik dalam keadaan
sehat atapun dalam keadaan sakit sekalipun, tentu dengan berbagai macam
keringanannya. Untuk lebih jelasnya silakan baca referensi fikih untuk masalah
ini, banyak tersebar di berbagai halaman web.
Fokus saya sekarang tidak membahas masalah wajibnya shalat dalam
berbagi kondisi karena saya tidak punya kompetensi di situ tapi yang ingin saya
coba kemukakan adalah pemikiran saya dari dulu “ mungkin ga sih kita sholat Jum’at
selama kerja di Korea?”. Lha terus
kenapa Cuma shalat jumat yang jadi pertanyaan? Sholat wajib lainnya bagaimana? Begini..
kalau sholat wajib biasa kan waktunya tidak terlalu lam, katakan lah 5 menit
sudah cukup. Artinya masih sempatlah dikerjakan meskipun di sela-sela waktu
istirahat ketika kerja. sementara sholat jumat butuh waktu yang agak lama. Normalnya
di masjid-masjid bisa mencapai 45 menitan tergantung panjang pendek khutbahnya.
Apakah mungkin kita mencuri waktu untuk bisa melaksanakannya?
Nah untuk menjawab pertanyaan tadi coba kita pelajari dulu
beberapa hal :
Syarat rukun sholat jumat
Syarat sholat jumat antara lain adanya 2 khutbah, adapun rukun
khutbah tersebut ada lima sebagai berikut :
1- Mengucapkan Alhamdulillah, dengan bentuk ucapan apa pun yang
mengandung pujian pada Allah.
2- Bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ucapan apa pun
yang menunjukkan shalawat.
Di sini dipersyaratkan nama Nabi
Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam disebut secara jelas, seperti menyebut dengan
Nabi, Rasul atau Muhammad. Tidak cukup dengan dhomir (kata ganti)
saja.
3- Wasiat takwa dengan bentuk lafazh apa pun.
Ketiga rukun di atas adalah rukun
dari dua khutbah. Kedua barulah sah jika ada ketiga hal di atas.
4- Membaca salah satu ayat dari Al Quran pada salah satu dari dua
khutbah.
Ayat yang dibaca haruslah jelas,
tidak cukup dengan hanya membaca ayat yang terdapat huruf muqotho’ah
(seperti alif
laa mim) yang terdapat dalam awal surat.
5- Berdoa kepada kaum mukminin pada khutbah kedua dengan doa-doa
yang sudah ma’ruf.
Baik.. kalau kita lihat rukun khutbah diatas, pelaksanaannya tidak
akan memakan waktu lama, paling lama 5-10 menit, yang membuat lama tentu saja
materi khutbahnya. Sedangkan materi khutbah ini bukanlah salah satu rukun,
artinya jika tidak dilakukan maka khutbah tetap syah. Fahimtum? Ok.. untuk
lebih jelasnya lagi saya coba tampilkan simulasi sholat jumat di pabrik korea
di korea selatan berikut:
(jika tulisan menjadi kacau, silakan non aktifkan fitur hemat data di browser anda)
(jika tulisan menjadi kacau, silakan non aktifkan fitur hemat data di browser anda)
Khutbah pertama :
بسم الله الرحمن الرحيم
ا لسلا م عليكم ور حمت ا لله وبر كا ته
.. Adzan ( 2 menit)
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
Innal
hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min
syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa
mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu
ASYHADU
ANLAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHUU
LAA NABIYYA BA’DAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHUU
LAA NABIYYA BA’DAHU
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
Allahumma
sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man
tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin.
ALLAAHUMMA
SHALLI ‘ALAA SYAYYIDINAA MUHAMMADIN
WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN
WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN
FA-UUSHIIKUM
WA NAFSII BIT TAQUULLAAH
QAALALLAAHU TA’AALA FIIL QUR’AANIL KARIIM
A’UUDZUBILLAAHI MINASY SYAITHOONIR RAJIIM
QAALALLAAHU TA’AALA FIIL QUR’AANIL KARIIM
A’UUDZUBILLAAHI MINASY SYAITHOONIR RAJIIM
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
yaa
ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa
antum muslimuun
(lanjutkan dengan membaca satu ayat
pendek apa saja)
Akhir dari
khutbah pertama :
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah ke-2 :
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد,
Innal
hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash
shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina
allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shollayta
‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim.Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa
aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka
hamiidum majiid.
Ammaa ba’ad..
Ammaa ba’ad..
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
Allahummagh
fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum
wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
‘IBAADALLAH
INNALLAAHA YA-MURUU BIL ‘ADLI WAL IHSAAN
WA IITAA-I DZIL QURBAA
WA YANHAA ‘ANIL FAHSYAA-I WAL MUNKARI WAL BAGHYI
YAIZHZHUKUM LA’ALLAKUM TADZAKKARUUN
FADZKURULLAAHA ‘AZHIIMI WA YADZKURKUM
FASTAGHFIRULLAAHA YASTAJIB LAKUM
WASYKURUUHU ‘ALAA NI’MATIL LATII
WA LADZIKRULLAAHU AKBARU
WA AQIIMISH SHALAH
INNALLAAHA YA-MURUU BIL ‘ADLI WAL IHSAAN
WA IITAA-I DZIL QURBAA
WA YANHAA ‘ANIL FAHSYAA-I WAL MUNKARI WAL BAGHYI
YAIZHZHUKUM LA’ALLAKUM TADZAKKARUUN
FADZKURULLAAHA ‘AZHIIMI WA YADZKURKUM
FASTAGHFIRULLAAHA YASTAJIB LAKUM
WASYKURUUHU ‘ALAA NI’MATIL LATII
WA LADZIKRULLAAHU AKBARU
WA AQIIMISH SHALAH
Khutbah jumat di atas Insya Allah sudah memenuhi rukunnya,
keseluruhan waktu yang diperlukan dari mulai mengumandangkan azan sampai
selesai sholat maksimal 6-7 menit plus sholat jumat 2rakaat = 3 menit. Total waktu
yang dibutuhkan = 10 menit? Ok.. sebentar kan? Artinya ini masih mungkin
dilakukan sebelum makan siang atau pun sesudahnya. Biasanya ada waktu 15-30 menit
untuk istirahat ketika jam makan siang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan
ibadah wajib ini.
selamat mencoba.