Friday 25 April 2014

BERJUANG DI NEGERI GINSENG

"Tulisan ini tidak bermaksud menggurui, menghakimi, apalagi menganggap    diri lebih baik dan lebih benar. Tapi lebih sebagai sarana berbagi pemikiran, boleh setuju boleh tidak, boleh diambil boleh tidak"

Pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Ginseng, saya baru menyadari kalau Negeri kita tercinta, yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo itu masih sangat jauh tertinggal dari segi kesejahteraannya. salah satu sudut kota Asan-lokasi perusahaan dan apartemen kami-ternyata jauh lebih maju dibanding kota2 besar terkenal di Indonesia. Di sini kemegahan materi benar2 menunjukkan keperkasaanya. 

Sebulan berada di sana, sudah biasa naik transportasi umum, KTX (kereta super cepat ), dan bus jadi pilihan utama, selain aman, nyaman juga murah meriah. semakin kagum dengan han-guk saram ini karena ternyata mereka sangat mendahulukan orang tua, wanita dan orang-orang lemah lainnya ketika di dalam bus ataupun kereta. Bukti bahwa pendidikan karakter benar-benar sudah berhasil dan sudah menjadi darah daging mereka. Sehingga tidak aneh ketika mendengar berita salah satu pejabat negieri itu akan langsung mengundurkan diri bgitu terindikasi kasus korupsi. Bandingkan dengan  kita, orang-orang muda nan sehat yang naik bus way (trans Jakarta) tak akan malu-malu duduk di kursi yang jelas-jelas diperuntukkan bagi orang tua, ibu hamil atau orang cacat. Pejabat negara yang sudah terbukti korupsi pun masih bisa ngotot bin ndableg tak mau dicopot dari jabatannya. Bahkan masih berupaya menyalahkan orang lain dan selalu mencari jalan pembenaran diri.

Banyaknya pekerja asing di negeri itu agak menarik perhatian, dari ragam tampilan fisik, macam bahasa, karakter dan kebiasaan masing2 negara tetap ketara. Orang usbekistan yang mayoritas muslim, Thailand yang bahasanya paling tidak enak didengar, Vietnam yang kepribadiannya kurang menyenangkan, Mongol, Flipina dlsb.

Sepertinya pepatah "dikandang ayam berkotek, dikandang kambing mengembek" bukan hanya milik orang indonesia. Buktinya para pekerja asing dari berbagai negara tadi berusaha keras meniru kebiasaan orang korea, baik itu dari gaya berpakaian, potongan rambut, cara berbicara bahkan sampai ke kata makian pun ikut ditiru.
Tidak ada yang sempurna memang, orang Korea juga punya kebiasaan yang tidak baik; minuman keras, judi dan seks bebas seakan sudah menjadi kebiasaan yang tidak harus dipandang tabu lagi. Sepertinya memang sudah menjadi keharusan bahwa kemajuan materi dan modernitas harus selalu dibayar dengan kemerosotan moral, keringnya nilai spiritual, individualisme dan hedonisme. Malangnya perilaku  miring ini juga ditiru oleh sebagian besar pekerja asing tadi. Yang sebelumnya tadi dikampung halaman tak pernah menyentuh apalagi mereguk yang namanya miras, di sana bisa jadi pecandu alkohol kelas akut. Yang dikampung tadinya guru ngaji di sana bisa jadi guru judi, yang sebelumnya pemuda alim nan pemalu di sana bisa keranjingan jajan perempuan, yang ibadahnya rajin jadi absen sholat selama bertahun-tahun. Yang baik-baik saja bisa berubah menjadi tidak baik-baik. Apalagi yang tidak punya benteng kokoh kesadaran diri. seperti kata pepatah daerah kami "luak kebau dinjuak klintung" akan semakin menjadi-jadi.  Nikmat dunia bisa diperoleh dengan harga terjangkau bahkan untuk ukuran seorang pekerja pabrikpun.Tak ada lagi yang menjadi pengendali kecuali diri sendiri, tak adalagi tempat untuk takut dan malu, semua serba boleh asal tidak mengganggu ketertiban umum. 

Eksistensi dan afiliasi adalah kebutuhan dasar emosi manusia, sehingga kita akan cenderung sangat mudah dikondisikan dengan memanfaatkan berbagai emosi dasar tersebut. Misalnya, ketika kita menolak ajakan teman untuk ikut pesta alkohol, maka kita akan sangat merasa terhina jika dia mengejek kita dengan mengatakan bahwa hanya bancilah yang tidak minum alkohol, sehingga untuk membuktikan sebaliknya terpaksa kita ikut minum alkohol.
Tentu tidak semua orang kehilangan jati diri, masih ada yang merasa bangga sebagai orang indonesia. Masih banyak yang berani berkata dengan lantang bahwa saya adalah muslim, alkohol adalah haram bagi kami, ibadah kami 5 kali sehari, kami tidak mendekati tempat-tempat aneh (karaoke/norebang, rumah kaca dll). Salut sekali dengan teman sekamar saya yang orang solo itu, yang akan selalu menolak dengan halus ketika diajak sekedar minum bir pelepas stress dan capek, rajin menjalankan sholat 5 waktu disela-sela waktu istirahat kerja, kuat menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan pas musim panas yang suhunya bisa mncapai 39 derajat plus waktu puasa yang panjang (mulai pk.03.15-19.15) karena musim panas waktu siang lebih panjang.

Sebagian besar perilaku manusia memang dibentuk oleh lingkungan, tetapi manusia juga diberkahi kemampuan berpikir, menganalisa, memilah-milah mana yang baik mana yag buruk. Manusia bukan seperti mesin perekam yang hanya bisa menyuarakan apa yang didengarnya. Kata Syaikh Ahmed Hulusi dalam bukunya "Mistery of Universe" manusia yang tidak memanfaatkan kemampuan berpikirnya, tak ubahnya seperti  sesosok robot atau mayat hidup. Robot yang membiarkan dirinya diprogram oleh lingkungan apa adanya. Harun Yahya dalam bukunya "Deep Thinking" juga mengatakan bahwa setiap muslim harusnya berpikir secara mendalam, memetik hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa di depan matanya yang akhirnya akan mengasah kemampuan kritis kita

Sekali lagi tulisan ini tidak untuk menghukumi orang-orag tertentu melainkan hanya sebagai bentuk curahan kegelisahan menyaksikan fenomena umum di tengah teman-teman pekerja di Korea sana. Semoga saja kita tidak lupa darimana kita berasal, untuk apa kita merantau, untuk siapa kita berjuang. Suka atau tidak suka, rela tidak rela semua perbuatn akan diminta pertanggung jawabannya suatu saat nanti.


SELAMAT BERJUANG!



Thursday 24 April 2014

HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN CALON TKI KOREA

Bekerja di Korea memang menjajikan sejuta mimpi indah. Siapa sih yang ga mau kerja dengan upah rata-rata 10 sd 18jt/bulan? Belum lagi pengalaman ketemu cewe2 korea yang bening persis kaya drama korea yang di tv2 (sssttt.. katanya tarif "agassi" di derah yeongsan lumayan terjangkau lho..) Ditambah lagi liat tetangga yang 5 th kerja di sana pulangnya bs jadi juragan kampung. Bisa memberangkatkan orng tua ke tanah suci. Bisa nyogok jadi PNS. He.. apalagi yang bujangan, bisa beli motor HONDA CBR 250CC, beli kebun karet, kebun kelapa sawit berhektar-hektar (di tempat saya, berkebun kedua komoditi tsb jd investasi paling aman n paling cepat BEPnya) beli mobil Agya dll. Pokoknya status sosial lumayan mngalami peningkatan, mantap coyy! cari cewe pun jadi tambah gampang. cewe mana yang bisa nolak juragan?
singkat kata tki korea = sukses untuk ukuran di daerah saya

Karena itu pulalah peminat TKI Korea dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlahnya, lembaga-lembaga pendidikan bahasa korea menjamur, daftar sending di website bnptki semakin panjang. Ditengah sulitnya lapangan pekerjaan di negeri ini, bekerja di luar negeri jadi alternatif favorit bagi rakyat kecil yang ingin merubah hidup jadi lebih baik, plus menjadi pahlawan devisa negara yang selalu di agul-agulkan pejabat di BNP2TKI

Saya tidak ingin jadi orang yg skeptis. Sah-sah saja manusia ingin berubah lebih baik,  wajar saja orang-orang mencari pekerjaan di negara asing karena di negeri sendiri pekerjaan hanya untuk orang2 berpendidikan tinggi. Sedangkan rata-rata masyrakat kita hanya mampu menyekolahkan anak hingga SMA sederajat. Bekerja sebagai TKI jauh lebih terhormat daripada jadi maling, maling negara ataupun maling betulan. Ataupun rampok, perampok uang rakyat ataupun rampok beneran.

Meskipun Purdi Chandra dan Enterpreneur University nya mati-matian ngenyek profesi TKI demi menggugah semangat wirausaha bangsa ini, menjadi TKI ke KOrea tetaplah sebuah pilihan favorit saat ini. Karena jadi pengusaha besar tak semudah kata Purdi ataupun segampang omongan  mas Jaya Setiabudi dlm bukunya "the Power of Kepepet " itu. Lagipula terbukti bahwa sebagian besar eks TKI sekembalinya ke tanah air memilih jadi pengusaha (seperti ane yang mimpi jd juragan bakso, ampe belajar kebengkel bakso pak Gunawan yg di solo itu) dan memberi sumbangsih yg lumayan thd pengurangan pengangguran yg makin aje gile jumlahnya akhir2 ini.

Hanya saja fakta tak selalu seindah impian. Kadangkala kita tertipu dengan menyangka bahwa materi akan mampu membelikan kita segalanya, atau menyangka  bahwa kebahagiaan bisa kita tukar dengan setumpuk Won. Sehingga kita tak ragu-ragu melakukan apapun untuk mengejarnya.

Saya berani berkata seperti ini karena saya sudah mengalami sendiri. Dari seorang tukang servis elektronik, guru honor di sebuah smk yang nyata-nyata penghasilan hanya cukup buat makan, kemudian kerja di Korea dg rata-rata gaji 12 jt per bulan, kembali lagi bekerja dg gaji pas2an. Kesimpulan yang saya berhsil ambil ternyata cukup mengejutkan: walaupun dg penghasilan pas-pasan ternyata kami sekeluarga sekarang lebih bahagia ketimbang ketika saya masih di korea.
Tentu saja saya tidak menyesali keberangkatan ke korea dulu, dan rumah sederhana yang berhasil kami bangun dari tabungn selama kerja di sana sangat kami syukuri (BERSAMBUNG)

sebelum makin ngelantur ngalor ngidul baiknya kita kembali ke topik di atas, apa sih hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum kita memutuskan untuk mendaftar ke suatu lembaga pendidikan korea yang akan menjadi jalan kita bekerja di Korea? berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya pribadi ini poin-poin penting yang harus dipikirkan matang2:

(1)Apakah pekerjaan kita saat ini cukup menjanjikan? jika ya sebaiknya tekuni saja, capai karir yang baik, kembangkan usaha, LUPAKAN NIAT UNTUK KE KOREA. Pengalaman teman saya, awalnya bekerja di sebuah perusahaan, posisi cukup lumayan, kesempatan karir ms terbuka, udah tunangan, semua dilepaskan demi cita2 meraup won di Korea. Tapi Yang di Atas punya rencana lain, gagal berangkat+keluar uang puluhan juta menjadi pelajaran berharga yang pantas untuk diceritakan agar kita tak terjebak kesalahan yang sama.
(2)Khusus untuk yang sudah berkeluarga; apakah pasangan kita mendukung? jika jawabnya tidak, jangan coba2 tetap memaksa pergi. Meninggalkan keluarga untuk waktu yang lama sangatlah riskan, dari sisi agamapun waktu yang paling lama diperbolehkan meninggalkan istri adalah selama 6 bln.
(3)Keseluruhan proses yang harus dijalani seorang CTKI mulai dari kursus hingga terbang memakan waktu yang biasanya cukup lama.paling cepat 1th bahkan sd 3th. Jangan dl langsung melepaskan pekerjaan yang saat ini sedang dijalani
(4)Siapkah dengan kebutuhan finansial yang lumayan tinggi? butuh minimal 25-30jt modal untuk kursus bahsa hingga training
(5)Siapkah dengan pengaruh buruk kebudayaan Korea? (alkohol, judi, perempuan, kesulitan untuk beribadah)

Jika anda sudah siap dengan hal-hal di atas, maka bulatkan tekad, luruskan niat, berjuanglah sampai titik darah terakhir :-)
Jangan lupa berdoa supaya Allah swt. memberi yang terbaik

 Demikian, semoga bermanfaat

 YEOLSHIMI ILHAGESSEUMNIDA!











 

About Me

Followers

Copyright © 2010 MANTAN TKI KOREA YANG INGIN BERBAGI CERITA

Template By jemo dusun